Rabu, 28 April 2010

Stressor Pada Anak Yang Dirawat Di Ruang Intensif Dan Menanggulanginya



Pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami stress karena efek hospitalisasi.Stres tersebut dapat dipicu antara lain oleh keadaan sakit yang dirasakan oleh anak, kondisi keterbatasan/isolasi untuk bertemu atau berinteraksi dengan orang lain, seperti terbatasnya orang tua/keluarga dapat mengunjungi/bertemu dengan anaknya karena aturan jam bezuk. Atau karena keterbatasan fisik baik karena kelemahan fisik atau karena di ikat/fixasi anggota geraknya yang disebabkan oleh ketidakoperatifan anak terhadap program terapi.
Keadaan ini umum terjadi pada anak yang dirawat di ruang khusus seperti ruang perawatan intensif ( PICU/NICU/ICU ). Dimana anak tidak mempunyai kebebasan untuk bertemu dengan orang tua/ keluarga bahkan teman-temannya. Anak dihadapkan pada aturan jam bezuk yang membatasi frekuensi pertemuannya dengan orang tua/keluarganya. Anak juga merasa asing dengan peralatan-peralatan medis yang canggih seperti bed side monitor dll yang tidak pernah dilihat sebelumnya, apalagi alat-alat tersebut terhubung ke tubuhnya. Sehingga kemungkinan anak akan berpikir apa yang terjadi pada dirinya, mengapa ia sampai berada di ruangan tersebut, apa kesalahan yang telah diperbuatnya hingga ia diperlakukan sedemikian rupa, sehingga anak merasa stress.
Ditambah lagi apabila anak mengekspresikan perasaan stress tersebut dengan perilaku negatif seperti marah, menangis,berteriak-teriak dan meronta-ronta berusaha melepaskan semua peralatan medis yang melekat pada tubuhnya seperti infus, dawer catheter, monitor dsb. Kondisi ini memungkinkan anak bertambah stres karena biasanya anak akan diamankan kedua tangan/kakinya. Keadaan ini memang menjadi dilema bagi anak, orang tua/keluarga dan petugas/perawat, dimana hal ini harus dilakukan demi keamanan si anak sendiri.
Adapun strategi untuk mengatasi stressor pada anak dengan kondisi demikian antara lain :
1. Bila anak masih sadar ( compos mentis ) berikan penjelasan mengapa anak dirawat diruangan tersebut, mengapa sanak keluarganya tidak bias bebas bertemu dengannya, mengapa ia harus dipasang alat-alat medis tersebut. Katakan bahwa itu bukanlah hukuman baginya, berikan penjelasan pula anak tidak akan diikat tangan/kakinya bila ia mau bekerjasama. Informasikan pula bahwa anak dapat bertemu dengan orang tuanya sewaktu-waktu bila anak membutuhkan namun dengan batasan waktu sehingga anak tidak merasa terisolir dari keluarganya. Keterlibatan orang tua sangat penting dalam hal ini.
Alasannya :
Dengan member penjelasan diharapkan anak akan mengerti dan memahami mengapa ia dirawat. Bahwa anak dirawat diruangan tersebut dengan maksud agar anak dapat dipantau kondisi kesehatannya dan dirawat lebih intensif, anak dapat beristirahat dengan lebih baik, dan itu bukan hukuman baginya. Sehingga anak dapat segera pulih dari sakitnya. Diharapkan pula anak dapat bekerjasama dengan semua tindakan perawatan terhadap dirinya.
2. Bina hubungan saling percaya antara anak dan petugas/perawat, lakukan dengan kontak mata, berbicara pelan, dan berjabat tangan. Tanyakan tentang kondisi anak dan perasaan yang dialaminya. Katakan pada anak bahwa ia dapat mempercayai petugas seperti meminta bantuan pada perawat untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan, minum, personal hygiene dll. Anak dapat mencurahkan semua perasaannya baik mengenai sakitnya dan masalah yang dihadapinya. Berikan keyakinan pada anak bahwa petugas dapat membantunya kapan saja ia membutuhkan. Pada saat ini perawat dapat mengajarkan pada anak tehnik relaksasi napas dalam dengan cara menarik napas dalam-dalam melalui hidung kemudian hembuskan perlahan-lahan melalui mulut, lakukan berulangkali sampai nyeri berkuran/ hilang, atau sampai perasaan anak lebih nyaman.
Alasannya :
Anak akan merasa bahwa ia tidak sendiri, masih ada orang lain disekitarnya diluar dari orang tua/keluarganya/temannya yang peduli dengan dirinya, sehingga anak merasa tenang dan damai. Tehnik relaksasi napas dalam dapat melegakan/mengurangi rasa sakit, meredam stress dan membiarkan kekhawatiran mereda.

3. Pada anak yang cukup besar ( usia sekolah/remaja ). Pada usia ini anak dapat menggunakan alat komunikasi ( HP ) yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua/ keluarganya bila anak memerlukan sesuatu, atau hanya sekedar berbincang-bincang. Dapat pula dengan memfasilitasi anak untuk membaca buku cerita/komik/majalah, mendengarkan music yang disukainya. Informasikan pada orang tua untuk meluangkan dan menciptakan quality time untuk anak. Manfaatkan sesempit apapun waktu untuk berkomunikasi dengan anak setiap hari walaupun hanya melalui HP. Tanyakan kondisi anak, dengarkan ketika ia bercerita mengutarakan masalah yang dihadapinya, keinginan-keinginannya, berikan respon positif sehingga anak merasa dihargai dan dicintai.

Alasannya :

Dengancara ini anak tidak akan merasa sendiri/asing, tidak merasa ditinggalkan oleh orang tua/keluarga/temannya, karena kapanpun anak bisa berkomunikasi dengan mereka, meminta bantuan orang tua/keluarganya untuk hal-hal yang bersifat pribadi, dapat berbagi cerita dengan teman-temannya tentang keadaannya atau tentang perasaan yang dialaminya. Anak dapat membuang kebosanannya dengan mambaca atau mendengarkan music. Diharapkan cara ini dapat mengurangi kadar stres yang dirasakan anak, bahkan bisa mengobatinya karena ia merasa sangat berarti bagi orang tuanya.
by.Sehat Jasmani dan Rohani

Selengkapnya...